Menurut
Gusti Mangku Ketut Punia, ngunying biasa dilakukan pada saat-saat
tertentu seperti piodalan di sebuah pura penyungsung barong, atau
bertepatan dengan hari raya Galungan-Kuningan. Ngunying bagi masyarakat
Bangli indentik dengan kerauhan (kesurupan) dan orang yang kerauhan
biasanya memakan anak ayam (pitik). Tidak hanya darahnya tetapi hingga
ke bulu-bulunya ikut dilahap. Bahkan yang kerauhan bisa memakan hingga
sepuluh ekor anak ayam tanpa tersisa sedikit pun.
Mereka yang ngunying, keesokan harinya tidak akan merasakan apa-apa dan kembali seperti keadaan sebelumya. Juga, jangan berharap bisa melihat anak ayam yang dimakan sampai ke bulu-bulunya pada hari sebelumnya di dalam kotoran orang yang kerauhan tersebut. Hal itu merupakan sebuah keanehan yang kerap terjadi bagi mereka yang kesurupan. ''Saya dulu dua kali pernah mengalami kejadian serupa. Saat ngunying bila tidak diberikan anak ayam, akan muncul perasaan marah yang meletup-letup. Namun begitu diberikan anak ayam muncul perasaan senang yang luar biasa.
Walaupun mengetahui itu adalah anak ayam yang masih mentah, bagi orang yang kesurupan akan sangat senang untuk memakannya. Terutama darah ayam tersebut dirasakan sangat manis. Sementara saat memakan perut (usus) ayam, dirasakan bagaikan memakan mi instan. Saya saat kesurupan benar-benar tidak merasakan apa-apa. Begitu upacara ngunying akan berakhir biasanya orang yang kerauhan akan diberikan sebotol arak. Ketika diberikan arak maka semua persoalan menyangkut ngunying akan terlupakan, dan sadar kembali setelah diberikan tirta dan dupa,'' tutur I Gusti Mangku Ketut Punia.
Tonton Videonya di Youtube.
https://www.youtube.com/watch?v=GCwupOXhE_g
https://www.youtube.com/watch?v=tnFjlQOxYo4
https://www.youtube.com/watch?v=pjhGWh9_qxs
Silakan Subscribe untuk video terbaru lainnya...
source: http://artstudioamuba.blogspot.com
No comments:
Post a Comment